Sementara itu tentang diri Umar bin Khaththab,.ra, maka ada Hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau pernah bersabda:
“Sungguh dalam umat-umat (terdahulu) terdapat orang orang yang dibisiki (muhaddatsin) dan diajak bicara oleh Tuhan (mukallamin). Kalau dalam umat ini ada, maka ia adalah Umar r.a.”
Sebagian orang yang memiliki kepahaman tinggi, ditanya tentang apa yang dimaksud muhaddatsun? Maka ia menjawab, bahwa Muhaddatsun adalah tingkatan kaum shiddiqun yang paling tinggi.
Bukti-bukti yang menunjukkan adalah sebagaimana yang diriwayatkan, bahwa suatu saat ia sedang berkhotbah. Kemudian ia berteriak di tengah-tengah khotbahnya, “Wahai Sariyah!, gunung, gunung!” Saat itu Sariyah bin Hishn sedang memimpin pasukan perang yang berada di ambang pintu Nahawand. Sementara di .depannya ada musuh yang jauhnya masih memakan perjalanan sekitar satu bulan. Kemudian ia mendengar suara Umar, lalu ia dengan pasukannya mulai bergerak menuju ke gunung, dan akhirnya mereka menang mengalahkan musuhnya.
Ditanyakan kepada Sariyah bin Hishn, “Bagaimana engkau tahu hal itu?” Ia menjawab, “Aku mendengar suara Umar r.a. berteriak, Wahai Sariyyah, gunung, gunung’!” (H.r. al-Baihaqi dari Amr bin al-Harits).
Diriwayatkan dariAbu Utsman an-Nahdi yang berkata, “Saya pernah melihat Umar mengenakan baju yang ditambal dua belas tambalan saat ia sedang berkhotbah.” (H.r. Malik dari Anas).
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab r.a. yang berkata, “Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang menunjukkan aibku kepadaku.”
Diriwayatkan dari Nabi saw. yang bersabda:
“Setan akan menyingkir dari bayang-bayang Umar r.a.
(H.r. Bukhari-Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Ibnu Asakir dari Aisyah).
Dikisahkan, bahwa Umar pernah mengambil jerami dari tanah, kemudian berkata, “Andaikan aku tidak pernah dilahirkan ibuku, andaikan aku jerami ini dan andaikan aku tidak pernah wujud apa pun…..”
Diriwayatkan dari Umar ra. yang berkata, “Setiap kali aku ditimpa suatu musibah tentu Allah akan memberikan empat kenikmatan dalam musibah tersebut: Sebab musibah itu tidak menimpa agamaku, dan musibah itu tidak lebih besar daripada yang menimpaku. Sedangkan aku masih bisa ridha dengan musibah yang menimpaku, dan aku berharap pahala dari musibah itu.”
Umar r.a. berkata, “Andaikan sabar dan syukur itu dua ekor kendaran unta maka aku tidak akan peduli mana yang akan aku tunggangi. “
Suatu ketika ada seseorang datang kepada Umar r.a. yang mengadukan kefakirannya. Kemudian Umar bertanya kepadanya, “Apakah Anda masih memiliki makanan untuk makan malam Anda?”
Ia menjawab, “Ya!” Umar berkata, “Berarti Anda bukan orang fakir. “
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib yang berkata, “Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang paling aku cintai untuk berjumpa dengan Allah dengan wajah yang sama kecuali orang yang berkepribadian tenang ini, Umar.”
Diriwayatkan, pada suatu hari Ali bin Abi Thalib pernah melihat Umar r.a. lari di saat tengah hari. Lalu Ali bertanya tentang alasan apa yang membuatnya lari di tengah hari. Maka ia menjawab, “Aku telah menghilangkan unta sedekah (zakat), kemudian aku pergi untuk mencarinya.” Maka Ali berkata, “Wahai Amirul Mukminin engkau akan memberatkan para khalifah sesudahmu.”
Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahimahullah - berkata: Orangorang ahli hakikat banyak mengambil suri teladan dari Umar dan menjadikannya sebagai referensi dari berbagai makna khusus dari perilaku Umar, seperti memilih mengenakan pakaian bertambal dan kasar, meninggalkan kesenangan nafsu, menghindari syubhat dan menampakkan kemuliaan-kemuliaan (karamat), tidak peduli terhadap orang yang mencacinya ketika kebenaran harus ditegakkan dan kebatilan harus dimusnahkan, memberikan persamaan hak antara orang-orang yang dekat dengan mereka yang jauh, berpegang teguh pada yang lebih berat dalam hal ketaatan kepada Allah dan riwayat-riwayat lain dimana bila kita uraikan akan menjadi panjang.
Adapun riwayat yang menyatakan.bahwa Umar melihat sekelompok manusia yang sedang duduk-duduk di masjid, kemudian ia perintah untuk mencari pekerjaan (rezeki), dan juga suratnya yang dikirimkan kepada Salman, adalah barangkali karena ia tahu mereka tidak mampu melakukan duduk di masjid sebagaimana mestinya. Mereka tamak terhadap apa yang ada di tangan orang lain, atau mungkin sebab-sebab yang lain. Oleh karenanya ia memerintah mereka untuk mencari pekerjaan. Sebab Nabi saw., Abu Bakar dan Umar r.a. telah melihat Ashhabush-Shuffah. Mereka adalah sekelompok orang yang jumlahnya sekitar tiga ratusan orang yang tinggal di masjid, namun Nabi, Abu Bakar dan Umar juga tidak membenci mereka dan tidak memerintah mereka keluar dari masjid untuk mencari nafkah.
Diriwayatkan dari Umar, bahwa ia pernah berkata kepada saudaranya, Zaid bin Khaththab di saat perang Uhud, “Jika engkau mau, lepas saja baju besi yang aku kenakan ini kemudian engkau pakai.” Zaid menjawabnya, “Saya juga senang mati syahid, sebagaimana engkau juga menyukainya.”
Ini suatu isyarat yang sangat agung dari mereka, yang menunjukkan hakikat tawakal.
Masih banyak lagi contoh-contoh lain yang semisal Namun sedikit yang kami sebutkan ini kami anggap cukup.
Diriwayatkan dari Umar yang mengatakan, “Aku menemukan ibadah dalam empat macam:
Pertama, menunaikan perintah Allah.
Kedua, menjauhi yang diharamkan Allah.
Ketiga, memerintah kebaikan demi mengharap pahala dan Allah.
Keempat, mencegah kemunkaran karena takut murka Allah.’
Minggu, 26 Juni 2011
Umar Bin Khathab R.A (2)
Posted by
Mr. zan
Labels:
Kisah Sahabat dan Ulama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar