Aku ingin menceritakan pegalaman ini dengan kalian, pengalaman yang mungkin sebagian kalian telah mengetahuinya. Dan semoga ada pelajaran dari cerita ini.
Aku adalah orang yang senang dengan ilmu pengetahuan, hariku terasa aneh jika dalam sehari saja tak belajar. Dalam kehidupan dunia aku bercita-cita ingin menjadi seorang ahli, ya... ahli dalam bidangku sendiri. Dan untuk mendapatkan itu harus ditempuh dengan belajar dan sekolah yang setinggi-tingginya.
Pelajaran ini bermula diawal tahun 2013 saat aku menghadiri pemakaman seorang dosen yang aku cinta dan kami semua mencintainya. Semoga Allah merahmatinya dengan segala kebaikannya dan mengampuni dosa-dosanya. Beliau orang yang sangat baik dan tutur katanya sangat santun saat memotivasiku. Dia adalah orang yang sangat hebat, aku kagum kepadanya. Kekagumanku itu bertambah saat dibacakan riwayat hidup beliau sebelum dimakamkan, pendidikan yang tinggi, berbagai penelitian dan karya ilmiah yang pernah dibuatnya serta sederet penghargaan dan gelar yang sudah diraihnya. Terbetik dalam pikiranku bahwa aku ingin sepertinya.
Lanjut cerita, dalam teriknya panas kota Palu selepas sholat zuhur dan sholat jenazah, rombongan jema'ah duka mengantar kepemakaman. Disaat inilah hatiku tersentuh diantara kuburan manusia-manusia yang mendahului kita. Mengamati batu nisan yang bertuliskan nama-nama mereka.Anehnya, pada nama-nama tersebut tidak ada satupun gelar dunia yang menyertainya, bahkan sebagian ada yang bertuliskan kata "Alm." sebelum namanya. Oh tidak... ini jugalah gelarku nanti, gelar orang-orang yang hadir dipemakaman dan juga gelar kalian saudaraku. Tak ada Prof, Dr, Drs, S.Pd, S.Ag dan sebagainya yang menyertai kita di dalam kubur. Malaikatpun membedakan perlakuannya tidak berdasarkan gelar tersebut.
Saudaraku...
Aku ingin menasehati diriku dan kalian. Bukan bermaksud menghalangi kalian untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya hingga mendapatkan pengetahuan dan gelar yang diharapkan, karena akupun masih berkeinginan untuk itu. Akan tetapi dalam kehidupan ini kita harus berlaku adil, adil bukan berarti 50% untuk dunia dan 50% untuk akhirat, karena itu adalah ketidakadilan yang nyata. Sama halnya dengan orang yang kecil dan gemuk diberikan masing-masing sepiring makanan, tentu tidak adil untuk yang gemuk. Begitupun dengan kehidupan Akhirat yang kita yakini adalah kehidupan yang hakiki, kehidupan yang abadi. Jika dibandingkan dengan kehidupan Dunia ini yang begitu sangat singkat tentulah perlakuan kita harus berbeda. Segala aktivitas dan pikiran kita seharusnya lebih banyak kita tuangkan untuk kehidupan akhirat nanti, bukan sebaliknya.
Saudaraku...
Silahkan anda menempuh pendidikan setinggi yang engkau mau, ditempat yang engkau sukai, tapi ingat engkau akan mati. Tidak perduli apakah engkau masih muda atau sedang menempuh pendidikan atau juga baru berhasil mendapatkan gelar yang engkau inginkan...
Saudaraku...
Aku tahu anda adalah orang yang ulet dan cerdas. Aku ingin mengajak diriku dan dirimu untuk berjuang demi kehidupan akhirat dengan tidak melupakan dunia, janganlah sebaliknya...
Duhai Saudaraku...
Ingatlah kembali gelarmu nanti, engkau pasti akan mendapatkannya.
Zan
Assalamu'alaikum.
BalasHapusJazakallah atas nasehatnya...
Keren blognya kak...
wow, nggak bisa ngomong apa-apa ..
BalasHapuskeren..